KNKT: Ada Keretakan Alat Kemudi di Bagian Ekor AirAsia QZ8501

JAKARTA – MG : Investigasi yang dilakukan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terhadap kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501, menemukan adanya salah satu bagian kemudi pesawat yang rusak. Bagian itu disebut dengan rudder travel limiter (RTL), yang terletak pada bagian ekor pesawat.
    
“Saat dibawa ke Prancis, ada komponen RTL yang mengalami keretakan solder pada electronic module, pada RTL yang lokasinya berada pada vertical stabilizer,” ujar Ketua Sub Komite Kecelakaan Pesawat Udara KNKT, Kapten Nurcahyo Utomo di Gedung KNKT, Jakarta Pusat, Selasa (1/12).
    
Menurut Nurcahyo, karena posisi RTL ada di bagian ekor, diduga, retakan terjadi karena ruangan tidak menggunakan pendingin (AC). Kondisi bagian ekor menjadi sangat panas saat di bandara dan sangat dingin ketika berada di udara, bahkan sampai berada di bawah 50 derajat celsius.
    
Selain flight data recorder (FDR), KNKT kemudian melakukan investigasi terhadap kondisi pesawat selama 12 bulan terakhir. Dalam investigasi tersebut, diketahui bahwa kerusakan yang sama sudah terjadi sebanyak 23 kali sepanjang Januari hingga Desember 2014. Frekuensi kerusakan semakin sering terjadi pada tiga bulan terakhir sebelum kecelakaan.
     
Pihak AirAsia ternyata belum memanfaatkan sistem perawatan pesawat menggunakan post flight report (PFR) secara optimal sehingga gangguan pada RTL yang berulang-ulang tidak terselesaikan secara tuntas.
    
“Setelah pesawat mendarat, laporan gangguan bisa di-print dan melakukan tindakan perbaikan. Ini kurang dianalisis dengan baik sehingga data tidak mencukupi. Di Indonesia, tidak ada kewajiban pilot melapor kalau pesawat ada gangguan supaya bisa diperbaiki oleh maintenance,” kata Nurcahyo.
     
KNKT juga menemukan adanya pembicaraan pilot dan kopilot yang membingungkan dalam rekaman cockpit voice recorder (CVR) atau perekam suara kokpit milik AirAsia QZ8501.
    
Kapten Nurcahyo Utomo mengatakan, pembicaraan membingungkan tersebut terjadi hanya beberapa saat sebelum pesawat mengalami upset condition dan stall, atau kehilangan daya terbang.
    
Menurut Nurcahyo, saat itu posisi pesawat sedang dalam keadaan menanjak dari 32.000 kaki ke 38.000 kaki, dengan kemudi manual. Saat itu, posisi hidung pesawat berada di atas dan ekor mengarah ke bawah. Kecepatan pesawat saat itu mencapai 11.000 kaki per menit.
    
“Saat pesawat mulai naik, ada perintah kapten yang menyebut, ‘pull down..pull down..,” ujar Nurcahyo saat menirukan ucapan pilot pesawat dalam konferensi pers di Gedung KNKT, Jakarta Pusat, Selasa (1/12).
    
Menurut Nurcahyo, perintah tersebut bukan perintah yang biasa diucapkan pilot. Perintah pull down disebut membingungkan karena pull berarti menarik hidung pesawat ke atas, sementara down berarti menurunkan hidung pesawat ke bawah.
    
“Ini ada komunikasi yang tidak efektif. Kemungkinan, perintah ini untuk mengembalikan pesawat agar seimbang,” kata Nurcahyo. Melalui flight data recorder (FDR), perintah tersebut diketahui ditanggapi secara berbeda. Kopilot menarik tuas ke atas, sementara pilot menarik tuas ke bawah. (Indigo)

Baca Juga :  Mahasiswa Jambi-Jakarta Demontrasi Depan Kantor Penghubung Jambi Dijakarta, Meminta Gubernur Jambi Jangan Ikut Berbisnis Cukup Satu Kali Prov.Jambi Kena OTT KPK

Berita Majalah Global Edisi 051, Desember 2015 :

ITS Kerja Sama dengan ANU-IP Kembangkan Riset Kemaritiman
Pegiat Antikorupsi Sayangkan Sikap JK
Masjid Cheng Hoo Surabaya, Lakukan Pembinaan Dulu sebelum Mengislamkan Orang
KNKT: Ada Keretakan Alat Kemudi di Bagian Ekor AirAsia QZ8501
Tak Capai Target, Dirjen Pajak Mengundurkan Diri
Dukung Pembinaan Sepak Bola Usia Dini, Bupati Jombang Buka Turnamen KU-16
Pj Bupati Mojokerto Membuka Acara Sosialisasi Pengisian JPT ASN Wahana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *