Cerita Dakwah Ustadz Fatah Di Desa Argosari Tengger Lumajang

Pada Tahun 2012, Ustadz Nur Fatah menerima tugas dari Pondok Khomsani Nur untuk berdakwah dan mendampingi Umat Tengger Lumajang.  Tepatnya pada Dusun Pusung duwur, Desa Argosari, Kecamatan Senduro Kab. Lumajang.  Ustadz Nur Fatah yang merupakan asli Kendal ini, sehari hari bekerja sebagai petani pada lahan milik Supoyo selaku mertuanya sendiri.   Pada awal mendampingi masyarakat tengger, tantangannya cukup berat, karena wilayah sana termasuk minoritas muslim.  Masyarakat pada mulanya masih terpaku dengan kesibukan masing masing. Namun perlahan, berkat kesabaran dan tekadnya, akhirnya Ustadz Nur Fatah bisa mengajak mereka untuk meramaikan Masjid Baitur Rohmah.   Kunci keberhasilannya adalah mampu berbaur dengan masyarakat sekitar, serta tidak menghilangkan adat masyarakat selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Serta mampu meneladani dan mengistiqomahkan Sholat 5 waktu dengan berjamaah pada Masjid.  Yang lebih menggembirakan lagi adalah, Ustadz Nur Fatah juga menikah dengan Poniti gadis desa setempat, yang merupakan mualaf. Dan Alhamdulillah orang tua dari istrinya beserta saudaranya yang berjumlah 12 orang,  juga mendapatkan hidayah untuk masuk islam.  Yang membuat berkesan baginya adalah, setiap mudik hari raya ke tempat asal, Ustadz Nur Fatah selalu banyak yang mengantarkan, seolah tidak rela melepas kepulangannya.   Hingga saat ini ada sekitar 8 anak yang mengaji selepas maghrib setiap harinya. Sementara bagi jamaah bapak bapak, mengadakan Pengajian Yasin rutin bada maghrib setiap malam senin. (Ayoeb)
Cerita Dakwah Ustadz Fatah Di Desa Argosari Tengger Lumajang

Pada Tahun 2012, Ustadz Nur Fatah menerima tugas dari Pondok Khomsani Nur untuk berdakwah dan mendampingi Umat Tengger Lumajang.

Tepatnya pada Dusun Pusung duwur, Desa Argosari, Kecamatan Senduro Kab. Lumajang.

Ustadz Nur Fatah yang merupakan asli Kendal ini, sehari hari bekerja sebagai petani pada lahan milik Supoyo selaku mertuanya sendiri. 

Pada awal mendampingi masyarakat tengger, tantangannya cukup berat, karena wilayah sana termasuk minoritas muslim.

Masyarakat pada mulanya masih terpaku dengan kesibukan masing masing. Namun perlahan, berkat kesabaran dan tekadnya, akhirnya Ustadz Nur Fatah bisa mengajak mereka untuk meramaikan Masjid Baitur Rohmah. 

Kunci keberhasilannya adalah mampu berbaur dengan masyarakat sekitar, serta tidak menghilangkan adat masyarakat selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Serta mampu meneladani dan mengistiqomahkan Sholat 5 waktu dengan berjamaah pada Masjid.

Yang lebih menggembirakan lagi adalah, Ustadz Nur Fatah juga menikah dengan Poniti gadis desa setempat, yang merupakan mualaf. Dan Alhamdulillah orang tua dari istrinya beserta saudaranya yang berjumlah 12 orang,  juga mendapatkan hidayah untuk masuk islam.

Yang membuat berkesan baginya adalah, setiap mudik hari raya ke tempat asal, Ustadz Nur Fatah selalu banyak yang mengantarkan, seolah tidak rela melepas kepulangannya. 

Hingga saat ini ada sekitar 8 anak yang mengaji selepas maghrib setiap harinya. Sementara bagi jamaah bapak bapak, mengadakan Pengajian Yasin rutin bada maghrib setiap malam senin. (Ayoeb) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *