Ekspedisi Jam Matahari, Mengungkap Fakta Dibalik Informasi

KEDIRI – Berdasarkan sumber informasi warga, benda berwujud seperti tugu setinggi 1,4 meter itu, diduga adalah jam matahari kuno, yang berada tepat ditengah perkebunan jagung milik warga Dusun Bioro, Desa Kandangan, Kecamatan Kandangan.

Danramil Kandangan Kapten Chb Mulyono bersama Cak Khoirul (MC kondang) dan M.Dardiri, keduanya warga setempat, (sabtu,29/9/2019) melakukan penelusuran dilokasi tersebut, guna mengetahui secara pasti keberadaan benda yang diyakini sebagai jam matahari.

Dibagian bawah batu tersebut, ada 3 lobang dengan kedalaman yang berbeda, 1 lobang berkedalaman 1,5 centimeter, dan 2 lobang lainnya berkedalaman 3 centimeter. Disisi lainnya, ada batu yang menonjol berbentuk plat berukuran panjang 18 centimeter dan lebar 5 centimeter, serta ketebalan 1 centimeter.

Ada 2 ukuran berbeda yang dipisahkan trap ditengahnya, dan satu trap terlihat terpisah dengan ketiga trap yang lainnya. Untuk trap yang paling atas, tingginya 9 centimeter, sedangkan ketiga trap terlihat sama jaraknya antara satu dengan yang lain.

Bagian atas benda tersebut berbentuk bujursangkar berukuran 22 centimeter disetiap sisinya, dan tinggi 38 centimeter. Bagian bawah berukuran 31 centimeter disetiap sisinya dan tinggi 82 centimeter.

Untuk membuktikan benar tidaknya benda kuno itu adalah jam matahari, dibuatlah tanda-tanda dari dipermukaan tanah disekitar benda tersebut, berbentuk melingkar 360 derajat. Untuk memudahkan mengamati pergerakan bayangan benda tersebut, diletakkan 24 batu, dan masing-masing batu berjarak 15 derajat.

Dalam prakteknya, pengamatan bayangan tidak bisa sempurna sesuai harapan, lantaran kondisi batu kuno tersebut tepat berada diareal perkebunan jagung, dan tanaman jagung disekitarnya menghalangi pergerakan bayangan.

Dibagian paling atas benda tersebut, diletakkan kompas dari aplikasi ponsel. Hasilnya, sangat mengejutkan, setiap sudut sisi menunjukkan arah mata angin dengan ketepatan 100%, dari arah barat, timur, utara maupun selatan.

Yang paling mengejutkan lagi, lokasi benda yang diyakini jam matahari purbakala tersebut dengan keberadaan tugu atau prasati situs Gentong Bioro yang berjarak sekitar 100 meter, persis arah selatan (berdasarkan google map dan kompas).

Terkait korelasi kedua benda yang lokasinya berjauhan tersebut, Kapten Chb Mulyono tidak mau mengomentarinya, apakah kedua benda (jam matahari dan prasasti situs Gentong Bioro) tersebut memiliki hubungan atau keduanya dibuat pada masa atau jaman yang sama.

Kondisi benda ini masih belum mendapatkan ruang khusus, sebagaimana benda-benda kuno berstatus cagar budaya. Cak Khoirul berharap, ada tindakan khusus dari siapa saja yang peduli akan benda-benda peninggalan leluhur, termasuk jam matahari tersebut. Tindakan khusus itu bisa berupa pembuatan ruang khusus, entah pembuatan atap atau pembatas. (Jayak/abdul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *