Begini Budidaya Rumput Gajah Di Kediri, Menurut Kacamata Babinsa

KEDIRI – Ketersediaan pakan ternak menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihindari lagi, termasuk pakan berjenis rerumputan. Babinsa Koramil Kota, Serka Samsuri menelusuri potensi dari budidaya rumput gajah untuk mencukupi ketersediaan pakan ternak, khususnya di Kediri (minggu,22/9/2019).

Untuk mengetahui lebih dalam potensi dari  budidaya rumput gajah di Desa Jongbiru, Kecamatan Gampengrejo, ada 3 peternak sekaligus pelaku budidaya rumput gajah yang menjadi nara sumber berdasarkan praktek dilapangan.

Menurut Narto, sebenarnya rumput gajah ini mudah ditanam dimana saja, dan bisa tumbuh segala kondisi tanah atau dataran. Di desa ini khususnya, rumput gajah ditanam diareal yang kurang dimanfaatkan untuk tanaman pangan, seperti padi, jagung dan sejenisnya.

Areal tersebut, lanjut Narto, tidak seluas tanaman pangan, karena pemanfaatannya sebatas untuk kebutuhan pakan ternak. Pemaksimalan lahan kosong atau sempit, juga dilakukan peternak, semisal menanam dipinggiran atau bantaran sungai, lahan kosong dipekarangan rumah maupun kanan kiri badan jalan.

Namun, seiring perkembangan jumlah ternak yang dimiliki warga, rumput gajah tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan sendiri, tetapi sebagian memang untuk dijual. Di Desa Jongbiru sendiri, areal budidaya rumput gajah tidak ada yang mencapai 1 hektar luasnya, maksimal hanya sekitar 0,5 bahu atau 3.500 meter persegi atau 0,35 hektar.

Sementara itu, dikatakan Yoyok, rumput gajah umumnya akan dipanen saat berumur 90 hari atau 3 bulan pada panen pertama, kemudian dipanen lagi pada saat berumur 45 hari atau 1,5 bulan diwaktu musim hujan, dan dipanen lagi saat berumur 60 hari atau 2 bulan ketika memasuki musim kemarau.

Hasil rumput gajah, tidaklah sama pada panen pertama, panen kedua hingga panen ketiga. Kendati hasilnya tidak sama, tidak mempengaruhi ketercukupan pakan ternak, karena ditempat lain atau desa lainnya, bisa menutup kekurangan akan kebutuhan rumput gajah.

Ditempat terpisah, Mukid menjelaskan, budidaya rumput gajah sebenarnya nilai rupiahnya cukup menggiurkan, namun budidaya itu sendiri juga harus diimbangi kebutuhan akan pakan ternak. Tanpa menggunakan pupuk saja, lahan seluas 0,5 bahu atau 0,35 hektar, bisa menghasilkan 5,4 ton rumput gajah.

Tetapi, kalkulasi 5,4 ton tersebut berada ditanah yang subur, sedangkan tanah yang kurang subur, hanya bisa menghasilkan sekitar 3,6 ton hingga 4,2 ton per 0,35 hektar. Tidak cuma tanah subur saja bisa menghasilkan 5,4 ton itu, kondisi tanah juga harus berkecukupan pasokan air.

Apabila menggunakan pupuk, umunya digunakan pupuk organik, sedangkan pupuk kimia sangat jarang digunakan, dan waktu terbaik memulai budiaya rumput gajah pada saat menjelang musim hujan atau berakhirnya musim kemarau. Umumnya, di desa tersebut, peternak menanam rumput gajah pada bulan September hingga Nopember.

Rata-rata tujuan budidaya rumput gajah, dijelaskan Mukid, peternak hanya menanam untuk kebutuhan pakan ternaknya sendiri. Tetapi, ada sebagian kecil yang menanamnya untuk dijual. Harga jual rumput gajah bisa naik, bisa juga turun, tergantung kondisi besar kecilnya kebutuhan, namun rata-rata rumput gajah dijual kisaran Rp 250.000,- per ton hingga Rp 350.000,- per ton. (Jayak)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *